islam

http://www.4shared.com/file/35534303/8e0d39e6/Opick_-_Kesaksian_Diri.html?s=1

Latest Stories


Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW Hingga Wafatnya
Berikut ini adalah satu kisah Nabi Muhammad SAW, yang saya kutip dari sebuah buku tentang kumpulan kisah-kisah islam, yaitu kisah nabi muhammad dari lahir sampai wafat

- Nama : Muhammad bin Abdullah

- Kelahiran : Mekah, tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah

Abdullah (ayahnya) meninggal sebelum Muhammad terlahir

- Umur 6–8 tahun Muhammad dibesarkan kakeknya, Abdul Muthalib

- Kemudian dibesarkan pamannya, Abu Thalib

- Atas kejujurannya, Muhammad mendapat gelar Al Amin (dapat dipercaya)

- Usia 13 tahun mulai berbisnis, menemani Abu Thalib berdagang ke ke Syam

- Usia 25 tahun menikah dengan Siti Khadijah binti Khuwailid

- Muhammad muda pernah berhasil mendamaikan pertikaian antar kabilah

- Usia 40 tahun pertama kali menerima wahyu dan diangkat menjadi Rasulullah

- Kemudian melakukan dakwah diam-diam selama 3 tahun di Mekah

- Dilanjutkan dengan berdakwah secara terang-terangan selama 10 tahun

- Dakwah nabi Muhammad SAW ditentangn oleh kaumnya sendiri, Quraisy

- Hijrah ke Madinah setelah 13 tahun berdakwah di Mekah

- Setelah haji wada (10 H) kesehatan nabi Muhammad SAW mulai menurun

- 28 Shafar 11 H nabi Muhammad SAW meninggal dunia

Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir
Read More ...

Latest Stories


muallafMemeluk Islam tanpa direncanakan menyebabkan Ann Wan Seng tidak mengganti nama aslinya, malah mendaftarkan Ann Abdullah sebagai nama Islam tetapi nyaman dikenal dengan nama China hingga kini.
Ia merasakan tidak perlu mengganti ke nama lain karena dengan mempertahankan nama China membuktikan ia hanya menganut Islam tetapi masih mempertahankan keturunan China yang diwarisi dari kedua orang tuanya. Selain itu, ia juga membuktikan ia tetap mempertahankan hubungan kekeluargaan walaupun setelah memeluk Islam.
Menceritakan pengalamannya dibuka hidayah Ilahi untuk menerima Islam, ia sebenarnya mengenali, mempelajari, mengkaji dan menguasai Islam selama lebih 10 tahun sejak di sekolah menengah.
Segalanya dimulai saat ia mengambil subjek Sejarah Islam ketika di Tingkatan Enam sebagai subjek wajib bagi mahasiswa jurusan sastra.
“Siapa sangka itu adalah titik awal yang membuka minat saya untuk lebih mengenali dan mendekati Islam, malah menjadi siswa terbaik subjek tersebut. Dalam diam, saya mulai mempelajari Islam lebih dalam.
“Namun, sering kali terjadi beberapa persoalan kemusykilan yang diajukan ke teman sekolah tidak dapat dijawab dengan baik oleh mereka. Kondisi itu mendorong saya mencari dan mempelajari Islam, “katanya.
Menyadari ketertarikannya terhadap Islam semakin mendalam, ia memutuskan melanjutkan pelajaran di tingkat sarjana dalam pengkajian tersebut Gerakan Islam pada 1992 sampai 1996 di Universitas Malaya.
Dalam periode itu, hatinya tidak terbuka untuk menganut Islam karena belum menemukan apa yang benar-benar memberikan keyakinan untuk memulai langkah pertama, ditambah dengan masalah ingin menjaga hati keluarga yang menentang keras keinginan anggota keluarga memeluk Islam.
“Sepuluh tahun saya belajar tentang Islam secara diam. Saya ambil Sejarah Islam di Tingkatan Enam, orang tua pun tidak tahu. Begitu juga ketika melakukan penelitian untuk studi sarjana, mereka tidak tahu.
Read More ...

Latest Stories


Sebelumnya mungkin ada yang bertanya-tanya, mengapa hal ini dibahas oleh agama Islam? Bukankah ini urusannya ilmu kedokteran? Maka jawabannya adalah, Jika ulama Islam menaruh perhatian terhadap suatu hal, maka pasti ada kepentingan syariat mengenai hukum suatu hal dalam perkara tersebut. Oleh karena itu –misalnya- para ulama tidak perlu pusing-pusing merajihkan pendapat apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lahir 2 atau 8 atau 9 atau 10 atau 12 atau 17 Rabi’ul Awwal. Karena memang belum pasti. Karena tidak ada dalil untuk merayakan kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai hari raya Islam. Dan tidak pernah dilakukan oleh sahabat ataupun imam mazhab yang empat. Bahkan hal ini bisa meniru/ tasyabbuh dengan orang Nashrani yang merayakan kelahiran Yesus dan penyembah matahari yang merayakan hari lahirnya dewa matahari.
Yang perlu diketahui bahwa pendapat tanggal kematian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada yang mengklaim bahwa disepakati yaitu 12 Rabi’ul Awwal. Karena ada kepentingan syariat di sana, yaitu sejak tanggal tersebut terputuslah wahyu. Jadi perayaan maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apakah ingin merayakan kelahiran atau kematian?
Read More ...

Latest Stories

SyaikhSudais_ShafaShafa’, gadis cilik Al-Jazair berusia 8 th sangat mencintai Al-Qur’an dan Syaikh Sudais, Imam Masjidil Haram, sehingga ia juara 1 dalam musabaqoh Al-Qur’an tingkat Al-Jazair.
Ia mampu meniru persis bacaan Syaikh Sudais, termasuk doa khatamul Qur’an. Saking cintanya ia pada Syaikh Sudais, sampa ia tambahkan akhir namanya dengan Assudaisiyyah sehingga menjadi : Shafa’ Assudaisiyyah.
Setiap saat ia meminta ibunya untuk menemukannya dengen Syaikh Sudais. Karena dari keluarga miskin, rumah saja tidak punya, ibunya selalu menghiburnya sambil mengatakan, insya Allah. Sampai pada suatu saat, Sahafa’ marah-marah dan menuduh ibunya berbohong terus dan tidak mau lagi membaca dan menghafal Al-Qur’an. Ibunyapun panik.
Saat melihat DR. Muhammad Assuwaini, pakar pendidikan dalam salah satu program TV lokal Al-Jazair, tiba-tiba saja hatinya tergerak untuk menelepon sang pakar dan menceritakan kasusnya. Ia mohon dihubungkan dengan Syaikh Sudais. Setelah Syaikh Sudais mendengar kisah tersebut, hati Beliau tergerak mengundang Shafa’ dan kedua orang tuannya ke Madinah dan Makkah sebagai tamu kehormatannya.
Saat bertemu Syaikh Sudais, Shafa diminta membacakan doa khatmul Qur’an. Shafa’pun melantunkannya persis seperti Syaikh Sudais. Beliau terharu sampai menangis. Akhirnya, Syaikh Sudais memutuskan untk mengambil Shafa’ menjadi anak angkatanya dan menyekolahkanya sampai ketingkat yang ia inginkan. Inilah secuil kemuliaan yang dilahirkan Al-Qur’an… Siapa yang ingin meraih kemuliaan Al-Qur’an, cintailah ia.
Read More ...

Latest Stories


AlquranDi dalam Al-Qur’an, Allah menggunakan kata “Kami” dan “Aku” sebagai kata ganti orang pertama yang mengacu kepada Allah sendiri. Mungkin kita bertanya-tanya, atau mungkin kita pernah mendengar orang mempertanyakan, “Mengapa Allah menggunakan kata ‘Kami’ yang berarti jamak atau lebih dari satu?”, bahkan mungkin ada yang mengatakan “berarti itu menunjukkan Allah lebih dari satu”.
Jawaban yang paling populer adalah, “Ketika Allah menggunakan kata ‘Kami’, itu berarti pada saat itu Allah melibatkan pihak lain, contohnya melibatkan malaikat Jibril. Dan jika menggunakan kata ‘Aku’ berarti dalam aktivitasnya merupakan hak prerogatif Allah”.
Akan tetapi, bagaimana dengan surah Al-Baqarah ayat 34 yang berbunyi : “dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat …” atau di surah Al-Baqarah ayat 52 yang mengatakan : “Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur”. Apakah “Kami” disini berarti Allah dan malaikat Jibril? Apakah malakat Jibril “berfirman” ? atau apakah malaikat Jibril “memaafkan”? Kalau bukan, Allah dengan siapakah “Kami” dalam konteks ayat-ayat ini ? Atau mengapa terkadang Allah menggunakan kata “Ayaatiina (ayat-ayat Kami)” dan terkadang pula Ayaati (Ayat-ayat Ku)” ?
Melihat kembali kepada sejarah, sepatutnya kita bertanya, “Apakah ada riwayat yang menceritakan bahwa ada mempertanyakan mengapa Allah mengunakan kata ‘Kami’, seperti ketika Allah mengatakan Ayaatina (ayat-ayat Kami), bukannya ayaati (Ayat-ayat Ku) ?”. Penulis sendiri belum menemukan ada riwayat sahih yang menceritakan demikian. Di jaman Rasulullah memang para sahabat memegang prinsip sami’na wa atho’na (kami mendengar dan kami taat), akan tetapi bukan berarti mereka tidak pernah bertanya. Sangat banyak riwayat hadis yang menceritakan bagaimana sahabat mempertanyakan atau meminta penjelasan mengenai sesuatu.
Jadi, mengapa tidak ada riwayat yang mengatakan bahwa sahabat mempertanyakan mengapa Allah menggunakan kata “Kami” yang berarti jamak? Sedangkan hal ini berhubungan dengan akidah tauhid yang diperjuangkan oleh Rasulullah, sebagaimana yang diperjuangkan nabi-nabi terdahulu, bahwa Allah itu Ahad, satu, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Jika ada seseorang mengatakan “Tuhan itu satu, hanya ada satu Tuhan” kepada sekelompok masyarakat yang memiliki banyak Tuhan, kemudian dia mengemukakan ayat dimana ayat tersebut menggunakan kata “Kami” yang mengacu kepada Tuhan, tidakkah hal tersebut akan menjadi pertanyaan baik bagi pengikutnya saat itu maupun bagi orang-orang yang tidak mau mengikutinya ? “Kau mengatakan Tuhan itu satu, tapi kau bilang pada saat Tuhan berkata, Dia menggunakan kata Kami …”
Jawabannya, karena tidak ada satupun orang pada masa Rasulullah yang menganggap “Kami” yang mengacu kepada Allah di dalam Al-QUr’an sebagai sesuatu yang jamak. Di beberapa bahasa di dunia, khususnya bahasa semit dan turunannya (misalnya Ibrani, Arab, dan Urdu) adalah biasa menggunakan bentuk jamak untuk mengacu kepada sesuatu yang tunggal, sebagai bentuk penghargaan, penghormatan atau pengagungan.
Read More ...

Latest Stories


Dengan kekuasaan Allah I, lahirlah ‘Isa dari rahim Maryam yang tidak pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun.
Tatkala mereka melihat hal ini (Maryam mempunyai bayi), padahal mereka tahu bahwa Maryam belum menikah, mereka pun memastikan bahwa anak itu tentunya lahir dari hubungan yang tidak benar. Allah I menceritakan:
“Kaumnya berkata: ‘Hai Maryam, sungguh kamu benar-benar telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sama sekali bukanlah pezina.’ Maka Maryam menunjuk kepada anaknya.” (Maryam: 27-29)
Sebagaimana dia diperintahkan. Lalu berkatalah orang-orang yang mengingkari Maryam (sebagaimana firman Allah I):
“Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” (Maryam: 29)
Ketika itu Nabi ‘Isa u baru berusia beberapa hari sejak dilahirkan ibunya. Firman Allah I menerangkan bagaimana Nabi ‘Isa menjawab pertanyaan mereka:
“Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada. Dia memerintahkan kepadaku untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup. Dan (memerintahkan pula agar) aku berbakti kepada ibuku dan Dia tidak menjadikan aku orang yang sombong lagi celaka. Kesejah-teraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (Maryam: 30-33)
Perkataan yang diucapkan saat beliau masih sebagai bayi yang baru lahir ini, merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah I, sekaligus bukti kerasulan beliau. Dan beliau hanyalah seorang hamba Allah I. Tidak seperti yang dipahami oleh orang-orang Nasrani (Kristen).
Akhirnya terlepaslah ibunya dari tuduhan buruk ini. Karena seandainya Maryam mendatangkan seribu saksi atas kesuciannya dalam keadaan seperti ini, belum tentu manusia akan menerima pembelaannya. Akan tetapi ucapan ini keluar dari Nabi ‘Isa u yang masih dalam buaian, sehingga hilanglah semua keraguan yang ada di dalam hati siapapun.
Setelah kejadian ini, manusia pun terbagi menjadi tiga golongan.
Golongan pertama: yang beriman dan membenarkan ucapan beliau serta tunduk kepadanya setelah dia menjadi nabi. Mereka inilah yang beriman dengan sebenarnya.
Golongan kedua: yang melampaui batas, yaitu orang-orang Nasrani. Mereka mengemukakan suatu pernyataan yang sudah dikenal, yaitu memposisikan Nabi ‘Isa u sebagai Rabb. Maha Suci Allah I dari ucapan dusta mereka.
Golongan ketiga: yang mengingkari dan menentangnya, yaitu orang-orang Yahudi. Mereka melemparkan tuduhan kepada ibunya. Padahal Allah I telah membersihkannya dari tuduhan itu dengan sebersih-bersihnya.
Oleh karena itulah, Allah I berfirman:
“Maka berselisihlah golongan-golongan yang ada di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar (kiamat).” (Maryam: 37)
Ketika Allah I mengutusnya kepada Bani Israil, sebagian ada yang beriman kepadanya, namun banyak pula yang mengingkarinya. Beliau memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat Allah I dan berbagai keajaiban. Beliau membuat bentuk (burung) dari tanah lalu meniupnya, maka jadilah seekor burung yang hidup dengan seizin Allah I. Dia menyembuhkan orang yang buta sejak lahirnya, orang yang berpenyakit sopak (belang), serta menghidupkan orang mati dengan seizin Allah I. Beliau juga mengabarkan kepada Bani Israil apa yang mereka makan dan mereka simpan di rumah-rumah mereka.
Namun demikian, musuh-musuh beliau justru ingin membunuhnya. Maka Allah I menjadikan kemiripan (fisik) pada salah seorang Hawariyyin1 (shahabatnya -yakni yang khianat) atau orang lain. Allah I mengangkat beliau kepada-Nya serta menyucikannya dari upaya pembunuhan. Akhirnya mereka menangkap orang yang diserupakan Allah I sebagai Nabi ‘Isa, lalu membunuh dan meletakkannya di tiang salib. Mereka telah melakukan dosa dan kejahatan yang sangat besar.
Orang-orang Nasrani (Kristen) mem-benarkan dan mempercayai hal ini, bahkan meyakini bahwa mereka telah membunuh dan menyalibnya. Namun Allah I menyu-cikan beliau dari semua keadaan ini, firman Allah I:
“Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh) adalah orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka.” (An-Nisa 157)
Nabi ‘Isa u berdakwah di tengah-tengah Bani Israil, mengabarkan berita gembira akan risalah dan kedatangan Nabi Muhammad n. Namun setelah Nabi Muhammad n datang kepada mereka padahal mereka telah mengenalnya (melalui Taurat dan Injil) sebagaimana mengenal anak-anak mereka sendiri, ()  mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata). Ucapan ini pula yang mereka katakan tentang Nabi ‘Isa u. Allah I berfirman:
“Maka berkatalah orang-orang kafir di antara mereka: ‘Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata’.” (Al-Ma`idah: 110)
Read More ...

Latest Stories


Nabi Ayub as menggambarkan sosok manusia yang paling sabar, bahkan bisa dikatakan bahwa beliau berada di puncak kesabaran. Sering orang menisbatkan kesabaran kepada Nabi Ayub. Misalnya, dikatakan: seperti sabarnya Nabi Ayub. Jadi, Nabi Ayub menjadi simbol kesabaran dan cermin kesabaran atau teladan kesabaran pada setiap bahasa, pada setiap agama, dan pada setiap budaya. Allah SWT telah memujinya dalam kitab-Nya yang berbunyi:
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)
Yang dimaksud al-Aubah ialah kembali kepada Allah SWT. Nabi Ayub adalah seseorang yang selalu kembali kepada Allah SWT dengan zikir, syukur, dan sabar. Kesabarannya menyebabkan beliau memperoleh keselamatan dan rahasia pujian Allah SWT padanya.
Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan bentuk dari penyakitnya, dan banyak cerita-cerita dongeng yang mengemukakan tentang penyakitnya. Dikatakan bahwa beliau terkena penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia enggan untuk mendekatinya. Dalam cuplikan kitab Taurat disebutkan berkenaan dengan Nabi Ayub: "Maka keluarlah setan dari haribaan Tuhan dan kemudian Ayub terkena suatu luka yang sangat mengerikan dari ujung kakinya sampai kepalanya." Tentu kita menolak semua ini sebagai suatu hakikat yang nyata. Kami pun tidak mentolerir jika itu dianggap sebagai perbuatan seni semata. Perhatikanlah ungkapan dalam Taurat: "Kemudian setan keluar dari haribaan Tuhan kita," sebagai orang-orang Muslim, kita mengetahui bahwa setan telah keluar dari haribaan Tuhan sejak Allah SWT menciptakan Adam as. Maka, kapan setan kembali keharibaan Tuhan? Kita berada di hadapan ungkapan seni, tetapi kita tidak berada di hadapan suatu hakikat.
Lalu, bagaimana hakikat sakitnya Nabi Ayub dan bagaimana kisahnya? Yang populer tentang cobaan Nabi Ayub dan kesabarannya adalah riwayat berikut: para malaikat di bumi berbicara sesama mereka tentang manusia dan sejauh mana ibadah mereka. Salah seorang di antara mereka berkata: "Tidak ada di muka bumi ini seorang yang lebih baik daripada Nabi Ayub. Beliau adalah orang mukmin yang paling sukses, orang mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak beribadah kepada Allah SWT dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu berdakwah di jalan-Nya." Setan mendengarkan apa yang dikatakan lalu ia merasa terganggu dengan hal itu. Kemudian ia pergi menuju ke Nabi Ayub dalam rangka berusaha menggodanya tetapi Nabi Ayub adalah seorang Nabi di mana hatinya dipenuhi dengan ketulusan dan cinta kepada Allah SWT sehingga setan tidak mungkin mendapatkan jalan untuk mengganggunya.
Ketika setan berputus asa dari mengganggu Nabi Ayub, ia berkata kepada Allah SWT: "Ya Rabbi, hamba-Mu Ayub sedang menyembah-Mu dan menyucikan-Mu namun, ia menyembah-Mu bukan karena cinta, tapi ia menyembah-Mu karena kepentingan-kepentingan tertentu. Ia menyembah-Mu sebagai balasan kepada-Mu karena Engkau telah memberinya harta dan anak dan Engkau telah memberinya kekayaan dan kemuliaan. Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya, kekayaannya, dan anak-anaknya. Seakan-akan berbagai nikmat yang Engkau karuniakan padanya adalah rahasia dalam ibadahnya. Ia takut kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur. Oleh karena itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut. Jadi, di dalamnya bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni karena cinta."
Riwayat tersebut mengatakan bahwa Allah SWT berkata kepada iblis: "Sesungguhnya Ayub adalah hamba yang mukmin dan sejati imannya. Ayub menjadi teladan dalam keimanan dan kesabaran. Aku membolehkanmu untuk mengujinya dalam hartanya. Lakukan apa saja yang engkau inginkan, kemudian lihatlah hasil dari apa yang engkau lakukan."
Akhirnya, setan pergi dan mendatangi tanah Nabi Ayub dan berbagai tanaman dan kenikmatan yang dimilikinya. Kemudian setan itu menghancurkan semuanya. Keadaan Nabi Ayub pun berubah dari puncak kekayaan ke puncak kefakiran. Kemudian setan menunggu apa tindakan Nabi Ayub. Nabi Ayub berkata: "Oh musibah dari Allah SWT. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami di mana Dia saat ini mengambilnya. Allah SWT telah memberi kami nikmat selama beberapa masa. Maka segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang diberikannya, dan Dia mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya pujian sebagai Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan Allah SWT. Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Dia-lah yang ridha dan Dialah yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia memberikan kerajaan kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya; Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya." Kemudian Nabi Ayub sujud dan Iblis tampak tercengang melihat pemandangan tersebut.
Lalu setan kembali kepada Allah SWT dan berkata: "Ya Allah, jika Ayub tidak menerima nikmat kecuali dengan mengatakan pujian, dan tidak mendapatkan musibah kecuali mendapatkan kesabaran maka hal itu sebagai bentuk usahanya karena ia mendapatkan anak. Ia mengharapkan dengan melalui mereka kekayaannya meningkat dan melalui mereka ia dapat menjalani kehidupan yang lebih mudah." Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT membolehkan bagi setan untuk berbuat apa saja kepada anak-anak Ayub. Kemudian setan menggoncangkan rumah yang di situ anak-anaknya tinggal sehingga mereka semua terbunuh. Dalam keadaan demikian, Nabi Ayub berdialog kepada Tuhannya dan menyeru: "Allah memberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya pujian saat Dia memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha, saat Dia mendatangkan manfaat dan mudharat. Kemudian Ayub pun sujud dan iblis lagi-lagi tampak tercengang dan merasa malu."
Iblis kembali menemui Allah SWT dan mengatakan bahwa Ayub dapat bersabar karena badannya sehat. Seandainya Engkau memberi kekuasaan kepadaku, ya Rabbi, untuk mengganggu badannya niscaya dia akan berhenti dari kesabarannya. Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT menginzinkan setan untuk mengganggu tubuh Ayub. Dikatakan bahwa setan memukul tubuh Nabi Ayub dari kepalanya sampai kakinya sehingga Nabi Ayub sakit kulit di mana tubuhnya membusuk dan mengeluarkan nanah, bahkan keluarganya dan sahabat-sahabatnya meninggalkannya kecuali isterinya. Namun lagi-lagi Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT. Beliau memuji-Nya pada hari-hari kesehatannya dan ia tetap memuji Allah SWT saat mendapatkan ujian sakit. Dalam dua keadaan itu, Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT.
Melihat pemandangan itu, amarah setan semakin meningkat namun ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Di sini setan mengumpulkan para penasihatnya dari pakar-pakar dan ia menceritakan tentang kisah Ayub dan meminta mereka mengeluarkan pendapat—setelah ia menyampaikan rasa putus asanya saat menggodanya atau mencoba menghilangkan sifat sabarnya dan syukurnya.
Read More ...